Memasuki tahun kedua menyongsong perayaan 100 tahun kehadiran kembali Fransiskan di bumi Nusantara, pada tahun 2021 ini, Fransiskan Indonesia mengarungi panggilan kedinaan dalam dinamika “Tahun Persaudaraan.” Para Saudara Dina Indonesia diajak pertama, untuk saling mengasihi, ramah tamah, dan terbuka terhadap satu sama lain terutama orang-orang yang terpinggirkan. Kedua,menghidupi nilai – nilai Injil Tuhan Yesus Kristus.
Pada hari Sabtu, 9 Oktober 2021, OFM Indonesia bekerja sama dengan KOMPAK Disabilitasdan Gereja Hati Kudus Paroki Kramat, mengadakan Perayaan Ekaristi Pesta Nama Santo Fransiskus Asisi sebagai pendiri OFM (Ordo FratrumMinorum) yang mengundang saudara – saudariPenyandang Disabilitas dari berbagai jenis kekhususan. Perayaan Ekaristi ini dilaksanakan secara daring dan disiarkan langsung dari Gereja Hati Kudus Paroki Kramat, melalui kanal Youtube Gereja Hati Kudus Paroki Kramat dan KOMPAK Disabilitas. Perayaan Ekaristiini diselenggarakan penuh oleh OFM untuk Para Penyandang Disabilitas. Perayaan Ekaristi dipimpin secara konselebranoleh Romo Hieronimus Yoseph Dei Rupa OFM, didampingi oleh Romo Agustinus Lorensius Nggame, OFM,dan Romo Thomas Ferry Suharto, OFM.Selain itu, petugas koor dibantu oleh Para Frater OFM.
Ket: Perayaan Ekaristi dipimpin secara konselebran oleh Romo OFM
Ket: Petugas koor dan organis dibantu oleh Para Frater OFM
Dalam homili, Romo Ferry menyampaikan bahwa Santo Fransiskus Asisi yangdirayakan dalam perayaan Ekaristi ini adalah contoh dari sedikit orang yang memilih jalan yang terakhir. Salah satu kisah yang diingat dan dikenang oleh Fransiskus adalah perjumpaannya dengan orang kusta yang mengubah pandangan bahkan jalan hidupnya, ia tidak hanya peduli dan menaruh belas kasihan pada orang kusta, ia memeluk orang kusta, ia belajar dari orang kusta dan menemukan bahwa dia sendiri adalah orang kusta. Mungkin bukan kusta jasmaninya tetapi kusta jiwanya, ada kelemahan dan cacat (baca: disabilitas) dalam jiwanya karena dia lekas merasa jijik bila melihat orang dengan penampilan fisik yang buruk dan kotor. Perjumpaan dan akhirnya persaudaraannya dengan orang kusta akhirnya membuka matanya untuk juga bertobat dan mengubah pola hidupnya membuatnya mampu melihat penampilan fisik akan tetapi juga penampilan rohani. Sehingga dia menemukan bahwa dalam setiap orang kustapun ada martabat manusia, ada hal baik yang harus di hormati dan dicintai juga dan itu membuat akhirnya mampu memeluk Kristus yang juga berpenampilan menjijikkan seperti orang kusta karena luka – lukanya disalin akibat dosa – dosa kita dengan demikian Fransiskus akhirnya bisa seperti Paulus dalam bacaan kedua merasa berbangga dan termegah dalam salib Kristus.
Fransiskus seperti Paulus di dalam petuahnya juga menyadari bahwa tidak ada yang bisa kita banggakan dari diri kita karena semua yang baik adalah milik Tuhan dan berasal dari Tuhan.
KITA SEMUA ADALAH DISABILITAS
Injil yang dibacakan juga meneguhkan.Yesus yang bersabda, justru Yesus bersyukur pada Tuhan karena Allah menyembunyikan hal-hal tentang Kerajaan Allah ini kepadaorang-orang bijak dan pandai tetapi menyatakannya kepada orang-orang kecil. Apabila kita menyadari kelemahan dan kekecilan kita, maka Allah akan membuka rahasia yang luarbiasa tentang Kerajaan-Nya kepada kita. Akhirnya kita hendaknya sadar bahwa kita semua makhluk yang rapuh dan lemah.
Lanjut Romo Ferry menegaskan bahwa kita semua adalah Disabilitas, karena memiliki kelemahan dan kerapuhan. Kita hanya berbeda ukuran, berbeda jenis kelemahan saja. Tetapi semua kita ini memiliki kelemahan dan oleh karena itulah kita semua bersaudara dalam kelemahan kita. Namun,disinilah terletak peluang untuk berperan, dalam kelemahan kita saling memberikan kekuatan yang kita miliki. Kita belajar dari pandemi, bahwasanya pandemi tidak diatasi dengan hanya isolasi, dengan vaksinasi, tetapi juga yang jadi solusi adalah membuat kolaborasi/kerjasama. Kita menjadi teman perjalanan dalam persaudaraan, sebagai contohnya menerima kelemahan dan kerapuhan justru melihat itu sebagai keunikan untuk bisa berjuang dan berguna bagi yang lain. Menutup homilinya, Romo Ferry berpantun, “Bermain dengan pesawat dan perahu kertas. Kertas bisa melintas meski hanya dilipat. Disabilitas bukan suatu batas hanya perlu kiat agar hidup jauh lebih smart,” tutupnya.
Sebelum berkat penutup diadakan kuis interaktif dipandu oleh Kak Ella (MC) dan Frater Francis, yang diawali dengan pemutaran audio visual tentang Kisah Santo Fransiskus Asisi bertemu dengan orang kusta, yang nantinya semua pertanyaan akan diambil dari tayangan tersebut. Kuis berlangsung meriah dan para Penyandang Disabilitas (PD) tampak antusias. Setelahmelalui tanya jawab, terdapat beberapa pemenang dari berbagai kekhususan, antara lain:
- Penyandang Disabilitas Intelektual:
- Richardo Prista Aliffaro Ramadhani (Richard)
- Domenico Brian Alvaro (Nico)
- Penyandang Disabilitas Fisik (Daksa)
- Ignatius Felix Budiman (Budiman)
- Wahjoe Wigati (Uke)
- Penyandang DisabilitasSensorik Pendengaran (Tuli)
- Theresia Brigitta Enny Susilowati (Bu Enny)
Acara kuis diakhiri dengan Berkat Penutup yang diberikan oleh Romo Hieronimus Yoseph Dei Rupa, OFM.
Semoga cara hidup Santo Fransiskus Asisi semakin memberikan semangat kepada kita semua untuk menjadi pengikut Kristus sejati.
Teman-teman juga dapat menyaksikan pelaksanaan Perayaan Ekaristi Pesta Nama Santo Fransiskus Asisi pada kanal resmi Youtube Gereja Hati Kudus – Paroki Kramat, pada tautan:https://youtu.be/i42JrpfP0pI.
Sampai bertemu di kegiatan KOMPAK selanjutnya.
Pace e Bene.
Salam KOMPAK selalu 🤝🏻
| Penulis dan Editor: Pius Ramli | © 2021