Ini adalah kali ke-2 (dua) Peringatan Hari Disabilitas International dalam bentuk Perayaan Ekaristi diselenggarakan di Keuskupan Bogor dan disertai dengan Pentas Seni UBK pada tanggal 09 Desember 2018, secara bertahap kegiatan ini akan mampu menghimpun dan memanggil lebih banyak lagi keluarga yang memiliki anak/keluarga yang berkebutuhan khusus, serta para penggerak yang berasal dari praktisi dan volunteer untuk saling mengenal satu sama lain dan menjalin ikatan sebagai satu keluarga dan bagian Tubuh Kristus sendiri.
Kegiatan kali ini akan dibagi menjadi 2 bagian dengan maksud berikut :
EKARISTI
Dengan merayakan Ekaristi, Umat Berkebutuhan Khusus dapat mengenangkan Misteri Penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus dan sekaligus melaksanakan amanat Yesus, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku”
Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno dan Romo Konselbran : Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Agung Jakarta RD Victorius Rudy Hartono, Pastor Kepala Paroki St.Paulus Depok RP Alforinus Gregorius Pontus OFM, Direktur Pendidikan Seminari Menengah Stella Maris RD Jeremias Uskono, Pastor Paroki St. Thomas Kelapa Dua Depok RD Dionisius Adi Tejo Saputro, dan RD David Lerebulan di Aula Puspas lantai 4 Gereja Katedral BMV Bogor berlangsung hikmat ditemani juga oleh Interpreter Bahasa Isyarat bagi para UBK tuli.
PENTAS SENI
Hidup berbeda dan memiliki keterbatasan fisik bukan menjadi penghalang seseorang untuk berprestasi dan memiliki berbagai macam talenta. Ini terbukti dari berbagai penampilan yang dipentaskan usai Ekaristi. Para UBK memainkan berbagai macam seni pertunjukan mulai dari seni tari, menyanyi, berpuisi, hingga drama komedi.
Pendiri KOMPAK Bogor Klemensia Sheny Chaniaraga berharap agar pemerintah dan Gereja bersama-sama mengedukasi umat dan masyarakat agar dapat merubah paradigma yang ada terhadap UBK. “Dulu UBK hanya sebagai suatu objek saja, tapi saat ini UBK harus menjadi mandiri. UBK bisa hanya caranya berbeda, mereka saat ini juga menjalankan pekerjaan bersama di tengah masyarakat. Ada juga yang ingin menjadi suster dan bruder di Gereja. Hal tersebut harus dipikirkan dan disiapkan,” pungkasnya.